Oleh : Zainul Alim (*)
Hari kerja pertama di tahun baru 2023. Sebelum menggelar upacara peringatan HUT ke-94 Jember, Bupati Hendy terlebih dulu mendatangi Bandara Notohadinegoro Wirowongso, (2/1/2023). Dia mengajak rombongan besar Pemkab Jember. Sampai barengan Wakil Bupatinya Gus Firjaun dan Ketua DPRD Jember, Itqon Syauqi. Masing-masing mereka pun, diajak tampil menggunting pita berlatar belakang pesawat terbang.
Saat itu mereka tampil dengan gagah. Mengenakan baju kebesaran Bupati dan Wabup, sama seperti saat mereka dilantik. Istrinya pun mengenakan baju serba biru, seragam resmi PKK. Bahkan untuk menghindari silaunya pancaran matahari, istri Gus Firjaun sampai mengenakan kacamata gelap.
Pita pun digunting Hendy. Semua tamu undangan bertepuk tangan. Hendy sebagai Bupati Jember, melambaikan tangannya sambil mengobral senyuman. Seolah dia ingin menyampaikan, bahwa dirinyalah bupati yang hebat. Bisa mendatangkan pesawat terbang ke tanah Jember.
Padahal sebelum Hendy menjabat, ada dua pesawat komersil yang setiap harinya terbang di atas udara Jember-Surabaya. Pesawat terbang milik Garuda dan Wings Air. Bukan pesawat carter yang hanya berkapasitas 12 penumpang. Karena ATR 72 yang sebelumnya, rajin terbang ke Jember berkapasitas tempat duduk 78 penumpang.
Ternyata, dibalik gagahnya Bupati Hendy gunting pita, ada Bank Jatim yang harus “garuk-garuk” kepala. Dikabarkan beberapa media massa, ada duit Rp 1 miliar Bank Jatim, harus dibayar ke pemilik pesawat Brand New Cessna Grand Caravan EX.
Rupanya, ada uang sebesar Rp 1 miliar yang menjadi jaminan untuk uji coba operasi pesawat terbang komersial jenis Brand New Cessna Grand Caravan EX selama tiga bulan. Disebutkan, uang jaminan tersebut berasal dari deviden Kas Daerah Jember yang tersimpan di Bank Jatim Cabang Jember.
Seperti tebakan banyak orang. Kebijakan yang prematur, jadinya Editansil : Ejakulasi Dini Tanpa Hasil. Terbukti akhirnya. Hanya terbang 1 bulan 10 hari, pesawat mungil sewaan itu sudah minggat dari Jember. Tak sampai 3 bulan seperti rencana uji coba awal, rupanya Hendy Cs sudah melambaikan tangan, seperti orang yang sedang memberi tanda tak sanggup lagi meneruskan penerbangan carter.
Sebenarnya, yang beginian sudah sering dilakukan Hendy. Gampang membuat gagasan, mudah juga dia berbalik kucing. Rupanya, dia seperti pemimpin yang gemar ceremonial, namun nol besar di tataran realisasi.
Kritikan yang begini, seharusnya digaungkan para legislator di Gedung Kalimantan 86. Meski ketua mereka ikut tampil di momen peresmian pesawat carter, sebagai wakil rakyat anggota dewan perlu juga memanggil Hendy, untuk “dikuliti” apa persoalan pesawat tak mendarat lagi di Wirowongso. Kecuali, mereka ikut dalam lingkaran “konspirasi”.
(*) Penulis adalah Direktur Indikator Plus.