Sejak 10 tahun silam, Siti Maryam sudah hijrah ke negeri jiran : Malaysia. Bukan sedang berlibur. Namun mengadu nasib jadi tenaga kerja Indonesia (TKI).
Jaringan jurnalis Indikator Plus : Puji Suwito Nuswantoro, melaporkan bahwa Siti Maryam berangkat ke luar negeri, tak melalui jalur resmi. Dia memanfaatkan jasa tekong.
Naas kemudian, Siti Maryam terbaring sakit parah di Malaysia. Mau pulang ke tanah kelahirannya di Desa Petung, Bangsalsari, tidak bisa. Karena tak mampu bayar biaya rumah sakit, yang dibandrol Rp 60 juta.
Mau minta pertolongan negara pun, sulit ditembusnya. Maklum, karena TKI non prosedural tidak bisa dikaver pemerintah. Sampai akhirnya , keluarganya di Dusun Siaran, Desa Petung, Bangsalsari, meminta pertolongan ke Suharyatik.
Suharyatik merupakan anggota Komisi A DPRD Jember, dari Partai Gerindra. Dia mewakili konstituennya di Bangsalsari, Tanggul, Sumberbaru, Umbulsari dan Semboro.
Sejatinya, dia tidak memiliki wewenang ekstra mengurus kepulangan TKI. Apalagi non prosedural. Namun karena mendapat keluhan warga di Dapilnya, dia pun berjuang melobi jejaring pemerintahan provinsi hingga pusat.
Perjuangan Suharyatik membuahkan hasil. Siti Maryam bisa dipulangkan. Semua berkat kerja keras Suharyatik yang karib disapa Bu Dewan. “Kita belajar dari pengalaman ini. Bahwa untuk menjadi pekerjaan migran di luar negeri, harus melalui jalur resmi yang prosedural,” kata dewan Gerindra dua periode.
Suharyatik mengaku tergerak membantu kepulangan Siti Maryam, karena kondisi keluarganya yang pas-pasan dan yang bersangkutan, tidak memiliki kapasitas untuk membedakan jalur resmi dan non prosedural. “Saya membantu kepulangannya karena misi kemanusiaan. Meski kami tetap tegaskan, bahwa berangkat jadi TKI non prosedural itu dilarang keras,” tegasnya.
Holis – anak Siti Maryam, berterima kasih ke Suharyatik. Awal mula mendapat kabar ibunya sakit, dia dan keluarga kebingungan mencari cara memulangkan ibunya dari Malaysia. Kemudian, ada kenalan yang mengantarkan ke Suharyatik.
“Alhamdulillah Bu Dewan membantu kami sampai tuntas. Semisal tidak ketemu Bu Dewan, kami sudah tidak tahu bagaiamana nasib ibu saya,” katanya. (Rully Efendi)