Mengambil akronim Senam Indonesia Cinta Tanah Air, PDI Perjuangan di Jember, rupanya cukup serius menggarap elektoral dengan menggaet ceruk suara ibu-ibu. Tak hanya fungsionaris partainya yang bergerak. Para bakal calon legislatif (Bacaleg), pun bergerak mem-booming-kan Sicita.
Salah satunya dilakukan Bacaleg PDI Perjuangan Dapil 2 Jember, Wahyu Prayudi Nugroho. Pria yang akrab disapa Mas Nuki, itu bergerilya dari kampung-kekampung di Dapil-nya, sekedar menggelar Sicita.
Memang tak langsung meledak. Dimulai dari puluhan ibu-ibu perkampungan yang bersenam. Kemudian meningkat jadi ratusan, hingga digelar akbar di pekarangan rumahnya Belakang SPBU Baratan, yang tembus hingga seribu peserta, Minggu (19/3/2023).
Para ibu-ibu yang bergabung di kelompok Sicita, bukan murni pesenam. Malahan, ada yang tidak pernah aktif bersenam. Namun sejak ada Sicita masuk perkampungan, mereka aktif bahkan banyak yang sampai membentuk kelompok senam mandiri. Semua karena Sicita.
“Kami datang ke masing-masing perkampungan, memfasilitasi ibu-ibu bersenam. Menyediakan perlengkapan dan mengundang instruktur senam. Kami bergotong royong di sana,” tutur Wahyu Prayudi Nugrogo.
Pria lulusan Jepang itu pun, mengakui gagasan Sicita yang digalakkan DPC PDI Perjungan Jember, sangat efektif menangkap perhatian publik. Bahkan diakuinya, berkat instrumen Sicita, relawan pemenangannya tumbuh besar dari kalangan ibu-ibu.
“Bagi saya Sicita bukan hanya sebagai alat politik. Tapi media pendekatan terbaik, dengan masyarakat di kalangan grassroots, yang sejatinya membutuhkan perhatian partai dengan sentuhan persaudaraan. PDI Perjuangan Jember hadir atas saran dan kebijakan ketua kami : Arif Wibowo,” katanya.
Terbukti ada partisipasi publik secara mandiri. Saat Wahyu Prayudi Nugroho mengundang ibu-ibu dari 5 kelurahan di Patrang dan ibu-ibu yang tinggal di Kecamatan Arjasa, mereka datang dengan sukaria menutup sementara Sicita selama bulan Ramadhan. “Kemudian Sicita kami gelar kembali setelah Hari Raya Idul Fitri,” imbuhnya.
Seribuan ibu-ibu yang hadir, datang tanpa harus dijemput panitia. Mereka membawa kendaraan pribadinya. Malahan, ada juga yang sampai jalan kaki. “Tetapi bagi yang rumahnya terlalu jauh dan mereka tidak memiki kendaraan, kami jemput bersama pelaku transportasi rakyat, seperti angkutan perdesaan hingga angkot lin kuning,” terangnya.
Bagi Wahyu Prayudi Nugroho, melibatkan sopir angkutan umum, bagian dari kepeduliannya sebagai Ketua Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan (BPEK) DPC PDI Perjuangan Jember. Bahkan, konsumsi yang disediakannya pun, hasil olahan UMKM binaannya. (Rully Efendi)