Belum adanya kejelasan penyelesaian sengketa mobil kreditan, yang dikuasai sepihak oleh perusahaan leasing TAF Jember, membuat seorang nasabah mengancam bakal menggelar demo. Aksi protes itu bakal dilakukan di Kantor TAF dan OJK Jember.
Seperti yang disampaikan Muhammad Salim Syam, bahwa desakan demo itu muncul dari para alumni santri dan jamaahnya, yang merasa tidak terima mobil kreditannya dikuasai sepihak oleh TAF Jember. “Alumni santri dan jamaah, tidak terima karena cara TAF menjabel dengan mengelabuhi saya,” katanya.
Sebulanan yang lalu, diakuinya Salim Syam didatangi juru tagih TAF Jember. Saat petugas TAF menagih tunggakan 2 bulan 24 hari di rumahnya, pihaknya masih memiliki uang untuk menyicil sebulan. “Saya janji akan membayar sisanya, tidak sampai semingguan. Mereka meminta bayar langsung 2 bulan. Saya adanya sebulan,” akunya.
Saat itu juga, saya jujur menyampaikan masih ada kendala pembayaran. Kemudian, petugas TAF yang mendatangi rumahnya, menawarkan relaksasi kredit. Bisa mengurangi cicilan Rp 250 ribu, namun tenornya bertambah 3 bulan. “Saya menawar, bagaimana kalau dikurangi Rp 500 ribu perbulannya,” ingatnya.
Petugas itu mengaku tidak bisa mengambil keputusan. Kemudian izin ke Salim Syam, untuk melapor ke atasannya yang ada di kantor. Setelah itu, Salim Syam berkesempatan telepon atasan TAF pakai HP milik petugas TAF yang sedang di rumahnya.
Saat telepon itulah, bos TAF menyampaikan bisa menyetujui permintaan Salim Syam, asal saat itu juga bersedia ke kantor TAF Jember. Mendengar pernyataan yang demikian, Salim dan istrinya bergegas dari Patemon Tanggul ke Gajahmada Square : kantor TAF Jember.
Setiba di kantor TAF, Salim Syam diminta membuat surat permohonan relaksasi kredit dengan tulisan tangan. Setelah surat selesai dibuat, bos TAF yang menemuinya, meminta kunci dan STNK mobil. “Alasannya untuk cek fisik. Sebagai syarat pengajuan relaksasi,” imbuhnya.
Berhubung waktu itu sudah sore, dia kembali ditemui petugas TAF Jember, menyampaikan bahwa cek fisik baru bisa dilakukan keesokan harinya. “Saya kemudian dipesankan taksi online, untuk mengantar pulang ke Tanggul,” akunya.
Keesokan harinya saya datang lagi ke kantor TAF, bermaksud untuk mengambil mobilnya. Namun sayang, mobil yang semula diminta untuk cek fisik supaya bisa diproses relaksasi, ternyata tidak bisa dibawa pulang kecuali harus bayar lunas.
Tagihan pembayaran lunasnya pun membengkak. Dari tanggungan yang seharusnya Rp 64 juta, kemudian muncul angka Rp 108 juta yang harus dibayarnya. “Ada nominal biaya penarikan agunan Rp 22 juta. Padahal mobil tidak mereka tarik, tapi saya yang dikelabuhi,” sesalnya.
Sederet cerita peristiwa itu, akhirnya didengar alumni santri dan jamaahnya. “Mereka tidak terima. Mengajak saya demo TAF dan OJK. Pun santri juga menyiapkan lawyer untuk memperkarakan TAF Jember,” tuturnya.
Keputusan demo pun bakal digelar Jumat mendatang. Salim Syam pun mengklaim, sudah ada seratusan santri dan jamaah yang bersedia ikut demo. Belum lagi mahasiswa yang merupakan juniornya sewaktu kuliah. Tak terkecuali beberapa aktivis pergerakan yang juga siap turun. “Kami akan melawan. Karena saya didholimi,” tegasnya. (*)