Gerakan Buruh Pabrik Triplek Muroco, rupanya mendapat dukungan aktivis dan tokoh agama di Jember. Bahkan, kiai Talangsari : KH. Ayyub Syaiful Rizal atau akrab disapa Gus Saif, ikut “turun gunung” membela buruh yang tidak mendapat perhatian Bupati Hendy.
Saat pendemo menggelar orasi di depan pabrik Muroco, Gus Saif hadir dan memberi semangat dari atas podium orasi. Tegas dia menyatakan sikap, akan membela buruh meski bupatinya enggan memberi perhatian. “Anggap saja buruh di sini tidak memiliki bupati. Karena bupati tidak hadir membela kalian,” teriak Gus Saif, disambut gemuruh tepak tangan para buruh, Kamis (9/3/2023).
Gus Saif juga sepakat, buruh yang berdemo tidak pulang sampai pasang tenda, jika perwakilan perusahaan tidak bersedia menemui mereka. Malahan, dia akan membantu meminjamkan tenda layak untuk pendemo.
Selain Gus Saif, Kustiono Musri, aktivis senior Jember juga ikut tampil orasi. Kata Kustiono, ketidakpedulian rezim membuatnya tergerak, ada di barisan terdepan para buruh yang menuntut haknya.
Setelah pendemo mulai memanas, tiba-tiba Kepela Dinasker Jember datang menemui pendemo bersama pihak perusahaan. Sempat ada gesekan, kepala dinas yang tiba-tiba memegang mikrofon, dinilai tidak sopan karena tidak pamit terlebih dulu ke pendemo.
Bambang Rudy, kepala Disnaker Jember menyampaikan kepada Indikator Plus, sebenarnya pihaknya menginginkan kondisi yang kondusif. Sebab jika ada produktifikas, maka buruh tetap bekerja sehingga tidak ada pengangguran lagi . “Kalau seperti ini, mau tidak mau kita memiliki kewenangan yang terbatas. Kita sebatas punya anjuran,” terangnya.
Kata Rudi, anjurannya oleh mediator hubungan industrial. Katanya, personilnya hanya ada satu orang. Padahal sehari saja, kasusnya sampai ada tujuh. “Bagaimana anda membayangkan bagaimana kerja kerasnya kita. Karena itu kami sudah berkirim surat ke Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Jatim, untuk mengurai permasalahan tersebut. Mudah-mudahan ada titik temu,” harapnya.
Rupanya, di tengah demonstran ada seorang pria yang mengaku Ketua RW, di sekitar pabrik Muroco bernama Achmad Junaedi. Ketua RW tersebut, mengaku tidak pernah peduli ke warga. Bahkan katanya, jangankan CSR, bantuan untuk kegiatan perkampungan saja tidak pernah ada support dana dari pihak pabrik. “Seribu rupiah pun pabrik tidak pernah menyumbang. Mereka hanya menyumbang polusi,” sindirnya. (Haris Arifin)