sdcs2
Home » Incident » Sampai Berlutut, Hendy Tetap Enggan Temui Demonstran

Sampai Berlutut, Hendy Tetap Enggan Temui Demonstran

Array
456g

Salah seorang pimpinan demonstrasi buruh PT. Muroco, sampai berlutut memohon supaya Bupati Jember : Hendy Siswanto, keluar menemui pendemo yang butuh dukungan pemerintah. Namun sayang, aksi buruh “mengemis” perhatian serius pemerintah, rupanya sia-sia. Hendy tetap “keras kepala” tak menemuinya.

Aksi kunci pintu gerbang Pendopo Bupati Jember untuk demonstran, rupanya juga dilakukan sebelumnya di Kantor Disnakertrans Jember. Tak ada satu pun pejabat yang menemui pendemo. Mereka, hanya dihadap-hadapkan dengan barisan polisi. Demo nyaris chaos. Sampai ada aksi saling dorong antara pendemo dengan polisi di Disnakertrans.

Dwiagus, pemimpin demo akhirnya merasa kecewa karena Bupati Jember tak mau membantu buruh, yang dirampas hak-haknya dan bahkan tidak diperlakukan layaknya pekerja. “Bupati seolah buta tak mau melihat, ada buruh yang rakyatnya, dikerjain perusahaan tempat rakyat Jember bekerja. PT. Muroco,” katanya.

Bahkan dia sempat menyindir, bahwa Bupati Hendy raja omong kosong. Perkataannya tidak sesuai seperti janji kampanye, bahwa pendopo Jember siap menerima rakyatnya hingga 24 jam. “Faktanya hari ini, rakyatnya yang buruh Muroco, tidak mendapat pintu masuk ke pendopo,” teriak Dwiagus saat berlutut.

Merasa percuma berlama-lama di pendopo, semakin yakin Hendy ingkar janji tak mau menemui pendemo, sama seperti di kantor Disnakertrans Jember, mereka pun melanjutkan aksinya menggeruduk pabrik milik PT. Muroco. Mereka seperti sedang roadshow, menyampaikan aspirasi atas haknya yang dirampas.

Nasib sama juga dialami demonstran, saat orasi di pabrik triplek Muroco. Mereka juga tidak ditemui perwakilan perusahaan. Sepertinya, Bupati, disnakertrans, dan Muroco, kompak enggan menemui mereka. “Bagi kami ini catatan buruk, bahwa bupati dan Muroco bersikap kompak tak mau menemui kami,” tegas Siswoyo, korlap aksi.

Tidak adanya keberpihakan bupati dan para perangkat pemerintahannya atas nasib buruh Muroco, dinilai sebagai preseden buruk atas apa yang harusnya dilakukan pemimpin kepada rakyatnya. “Bupati seperti tidak punya hati, tak mau melihat nasib kami yang haknya dipermainkan perusahaan,” sesalnya.

Meski demikian, para buruh Muroco itu akan tetap berjuang, hingga apa yang menjadi haknya bisa didapatkan. Bahkan, mereka tak segan menggelar aksi yang jauh lebih besar. (Haris Arifin)

REKOMENDASI UNTUK ANDA

TERKINI LAINNYA

Mengecam Jovita Hingga “Gerak Juang” di Pemilukada 

Oleh : Rully Efendi (*) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim, sudah menetapkan Khofifah – Emil…

Jubir Faida di Pilkada 2020, Jadi Jurkam Gus Fawait

Aktivis sekaligus pegiat media sosial yang konsisten sebagai kritikus Hendy Siswanto : Rully Efendi, tampil menjadi…

Berani !!! Soduk, Komunitas eks Relawan Faida Deklarasi Gus Djos

Mendekati pencoblosan Pilkada Jember di tanggal 27 November 2024, tambah mengerucut dukungan masyarakat untuk Paslon…

Bupati Karna Tersangka Korupsi Bukan Hoax, Sidang Praperadilan Dilanjut Pekan Depan

Sidang praperadilan soal status tersangka pada Karna Suswandi, yang resmi ditetapkan KPK terkait kasus korupsi…

Manuver Politik Lilur, Berharap Khoirani Dilantik Jadi Bupati Situbondo 

Situbondo,- Membuat kaget publik Situbondo. Tiba-tiba di Sabtu, 12 Oktober 2024, HRM Khalilur R Abdullah…

45f